Kamis, 12 Agustus 2010

Artikel 1

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR FISIKA TERAPAN
MAHASISWA POLITEKNIK JURUSAN MESIN MELALUI
METODA PENCAPAIAN KONSEP BERBASIS MULTIMEDIA

ABSTRAK
Telah dilakukan penerapan metode pencapaian konsep berbasis multimedia (Poster, Handout bahan ajar, CD interaktif yang berisi bahan ajar, presentasi, tugas individu dan tugas kelompok, ilustrasi dengan animasi komputer) untuk peningkatan minat belajar mahasiswa pada matakulah Fisika Terapan pada semester I tahun ajaran 2007/2008 di Program Studi Teknik Mesin, Jurusan Mesin, Politeknik Negeri Ujung Pandang. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah sistem diskusi yang efektif antara dosen pengasuh dan mahasiswa secara kolektif dan individu, presentasi tugas kelompok dan diskusi, dan kuliah dengan presentasi yang dilengkapi dengan animasi komputer yang bisa lebih menghidupkan konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak.
Hasil implementasi metode pembelajaran ini menunjukkan adanya peningkatan minat belajar mahasiswa terhadap materi perkuliahan yang dirangkum dalam bentuk CD interaktif, Poster dan Handout Bahan Ajar, peran aktif mahasiswa pada tiap pertemuan, peningkatan kepribadian mahasiswa, peningkatan kehadiran mahasiswa, peningkatan nilai ujian/tugas mahasiswa.

Kata kunci: minat belajar, pencapaian konsep, multimedia.




PENDAHULUAN
Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain: melalui peningkatan kompetensi dosen, peningkatan isi kurikulum, dan peningkatan proses pembelajaran. Dari keseluruhan faktor tersebut, proses pembelajaran menduduki posisi sangat strategis. Proses pembelajaran yang baik dan berkualitas diharapkan akan menghasilkan hasil pembelajaran yang baik dan berkualitas. Upaya perbaikan kualitas proses pembelajaran demikian menuntut adanya inisiatif dan motivasi internal pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri.
Pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK) Program Studi Teknik Mesin tahun 2003, matakuliah Fisika Terapan (TM206112) termasuk mata kuliah keilmuan dan Keterampilan (MKK). Mata Kuliah ini adalah mata kuliah teori (tanpa praktek) dan disajikan pada semester satu. Sebagai mata kuliah MKK, Fisika Terapan merupakan dasar dari bidang Ilmu Teknik Mesin. Matakuliah Fisika Terapan ini terdiri dari 8 bab dengan alokasi waktu 2x50 menit dalam 18 kali pertemuan.
Metode pembelajaran yang digunakan selama ini adalah merupakan metode berbasis teaching, di mana dosen menerangkan panjang lebar, mahasiswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang diajarkan. Dengan metode klasik ini, yang aktif hanya dosennya saja, sementara mahasiswanya pasif. Walaupun dosen selalu memberikan kesempatan bertanya kepada para mahasiswa, tetapi hanya sebagian kecil yang menggunakan kesempatan tersebut.
Sebenarnya banyak sumber daya yang ada di politeknik, yang bisa dijadikan obyek untuk materi pengajaran fisika. Misalnya proyek akhir hasil rancangan mahasiswa yang kebanyakan berupa mesin berbasis teknologi tepat guna, alat simulasi otomotif, alat ukur khusus, termasuk fasilitas laboratorium dan bengkel yang bisa dikemas dan disisip kedalam materi pelajaran fisika terapan.
Dari hasil belajar selama ini terlihat bahwa mahasiswa kurang mampu memecahkan kasus yang berbeda dengan contoh kasus yang diberikan, walaupun pada prinsipnya penyelesaian kasus tersebut menggunakan konsep yang sama dengan contoh kasus yang pernah dipelajari di kelas. Menurut dugaan penulis hal ini terjadi karena konsep yang disampaikan tidak sampai ke pada mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh metode pembelajaran yang tidak mampu membahasakan sebuah konsep abstrak ke dalam bentuk konkret. Hal ini diperparah oleh kurangnya motivasi dan minat belajar mahasiswa yang (menurut penulis juga) disebabkan oleh ketidaktahuan mahasiswa akan manfaat kedepan yang bisa diperoleh dari pelajaran fisika terapan ini. Selain itu, tidak adanya buku fisika terapan yang bisa dijadikan buku pegangan bagi mahasiswa politeknik, sehingga mahasiswa politeknik terpaksa menggunakan buku fisika untuk mahasiswa strata satu.
Model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model pencapaian konsep (concept attainment) memiliki tiga tahap kegiatan (Joyce dan Weil, dalam S. Winaputra) sebagai berikut :
Tahap pertama : Penyajian data dan identifikasi konsep
1. Pengajar menyajikan contoh yang sudah diberi label.
2. Mahasiswa membandingkan ciri-ciri dalam contoh positif dan contoh negatif.
3. Mahasiswa membuat dan mengetes hipotesis.
4. Mahasiswa membuat definisi tentang konsep atas dasar ciri-ciri utama/esensial.
Tahap kedua : Mengetes Pencapaian Konsep.
1. Mahasiswa mengidentifikasi tambahan contoh yang tidak diberi label dengan mengatakan ya atau bukan
2. Pengajar menegaskan hipotesis, nama konsep dan menyatakan kembali definisi konsep sesuai dengan ciri-ciri yang esensial.
Tahap ketiga : Menganalisis strategi berpikir
1. Mahasiswa mengungkapkan pemikirannya
2. Mahasiswa mendiskusikan hipotesis dan ciri-ciri konsep
3. Mahasiswa mendiskusikan tipe dan jumlah hipotesis
Menurut Bloom dan Krathwohl (dalam De Potter), tujuan pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok. Pertama ranah kognitif (cognitive domain) dengan penekanan hasil belajar berupa pengetahuan, pengertian dan kemampuan berpikir. Kedua ranah afektif (affective domain) dengan penekanan pada perasaan dan emosi serta yang ketiga adalah ranah psikomotor (psychomotor domain) dengan penekanan pada keterampilan motorik.
Tingkatan kompetensi untuk ranah kognitif ini adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge) ; berupa mengingat, menghafal dan mengenali suatu informasi berupa definisi, atau terminologi, konvensi atau aturan, serta rumus.
2. Pemahaman (comprehension) ; berupa menginterpretasikan (membedakan, menyamakan dan membandingkan), menerjemahkan (mengubah ide dari suatu bentuk komunikasi kedalam bentuk paralel seperti membaca grafik, membuat tabulasi).
3. Aplikasi (application) ; berupa menggunakan konsep , prinsip dan prosedur untuk memecahkan masalah.
4. Analisis (analysis) ; berupa memecahkan konsep menjadi bagian-bagian dan mencari/mengidentifikasi cara bagian-bagian tersebut terorganisasi dalam sistem.
5. Sintesis (synthesis) ; berupa menyatukan beberapa bagian untuk membentuk satu kesatuan atau membentuk suatu produk baru.
6. Evaluasi (evaluation) ; berupa kemampuan menilai suatu standar atau kriteria dan menentukan seberapa jauh suatu ide atau obyek dari standar.
Menurut Jensen (dalam De Potter), masukan indra untuk otak 90 % berasal dari sumber visual dan otak mempunyai tanggapan cepat dan alami terhadap simbol, ikon dan gambar yang sederhana dan kuat .Otak terdiri atas tiga modalitas (media) untuk memproses rangsangan yang datang kepada kita dari luar. Ketiga media ini (visual, auditorial dan kinestetik) merupakan saluran komunikasi yang membantu kita. Modalitas visual mengakses citra visual,seperti warna, hubungan ruang, potret mental dan gambar. Media auditorial mengakses segala jenis bunyi dan kata seperti musik, nada, dialog dan suara. Modalitas kinestetik mengakses segala jenis gerak dan emosi, gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional dan kenyamanan fisik.
Sebagaimana halnya kita memiliki kecenderungan modalitas dalam belajar, kita juga memiliki kecenderungan modalitas mengajar yang biasanya sama dengan gaya belajar kita. Tetapi tidak demikian dengan mahasiswa. Sebagian mungkin memiliki modalitas yang sama dengan pengajar, tetapi mungkin banyak yang tidak. Itulah alasan utama sehingga pendekatan multimodalitas atau multimedia mutlak menjadi pilihan. Karena semakin banyak modalitas yang kita libatkan secara bersamaan, semakin besar kemungkinan terserapnya materi pelajaran oleh mahasiswa kita.
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Tersedianya handbook fisika terapan yang bisa dijadikan buku pegangan oleh mahasiswa politeknik.
2. Tersedianya bahan ajar dalam bentuk slide untuk OHP dan powerpoint untuk LCD Projector yang dilengkapi animasi komputer yang bisa digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep fisika dengan lebih baik.
3. Tersedianya ringkasan materi dalam bentuk poster, gambar-gambar konstruksi mesin/simulasi, animasi komputer serta soal-soal latihan dalam bentuk CD interaktif sehingga mahasiswa dapat memperkuat pemahamannya tentang sebuah konsep dalam soal-soal fisika yang biasanya berupa cerita.
Diharapkan keluaran dari kegiatan ini nantinya adalah tersedianya modul ajar, OHP transparansi, CD interaktif dan poster ikon, yang bisa digunakan untuk pengajaran Fisika Terapan pada tahun akademik berikutnya. Modul ajar yang dibuat sudah dilengkapi dengan lembar OHP yang dapat di copy atau diprint ulang ke OHP transparansi, sehingga juga bisa digunakan walaupun tidak tersedia LCD projector.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada mahasiswa dalam hal:
1. Mahasiswa dapat melihat manfaat apa yang mereka pelajari secara nyata ke depan.
2. Dapat meningkatkan minat, motivasi dan kegairahan belajar mahasiswa.
3. Mahasiswa dapat berperan aktif dalam kelas, serta interaksi dosen-mahasiswa dapat lebih baik.
4. Mahasiswa dapat belajar dengan lebih bebas dan santai.
5. Dapat meningkatkan prestasi/pengetahuan serta perbaikan hasil belajar mahasiswa.
Hasil penelitian ini juga bisa dijadikan acuan atau bahan perbandingan untuk pengajaran matakuliah yang memiliki kompetensi yang sama dalam ranah kognitif (cognitif domain).
Dari garis-garis besar program pengajaran (GBPP) Fisika Terapan terlihat bahwa masing-masing bab/materi bahasan mempunyai tujuan instruksional (TIK) yang bervariasi sesuai dengan tingkatan kompetensi dalam ranah kognitif (cognitif domain) menurut Bloom diatas.
Sejalan dengan itu model pembelajaran yang menjadi pilihan yaitu pencapaian konsep (concept attainment) bisa diterapkan pada tingkatan kompetensi manapun yang menjadi tujuan pembelajaran sesuai TIK/TIU. Hal lain adalah pemilihan cara penyampaian materi bahasan kepada mahasiswa, yang dalam proposal ini ditawarkan pendekatan multimedia (multimodalitas), pemotongan materi bahasan menjadi segmen, dan pengulangan berkali-kali dengan cara yang bervariasi.
Secara sederhana metode pengembangan yang ditawarkan dalam proposal ini adalah:
A. Pengelolaan Kelas.
Didalam menjalankan proses pendidikannya, mahasiswa lebih menyukai belajar dalam kondisi bebas, tidak begitu menyukai hafalan, lebih mengutamakan pemecahan masalah, dan hal-hal yang praktis. Model pencapaian konsep memiliki struktur yang moderat. Pengajar melakukan pengendalian terhadap aktivitas, tetapi dapat dikembangkan menjadi kegiatan dialog bebas dalam dan antar kelompok. Dengan pengorganisasian kegiatan ini diharapkan mahasiswa akan lebih memperlihatkan inisiatifnya untuk melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran.
Model pengelolaan kelas dibuat seperti yang dilakukan selama ini. Perbedaannya terletak pada adanya 4 kelompok tetap dalam 1 kelas. Dengan demikian setiap saat model tempat duduk dapat diubah berdasarkan kelompoknya. Dan masing-masing kelompok yang diwakili oleh salah seorang anggota kelompok bisa memberikan pendapat/penyelesaian terhadap suatu kasus yang memang telah diberikan minggu sebelumnya oleh pengajar. Untuk itu sebaiknya ruang kelas yang digunakan harus menggunakan kursi lipat, sehingga pengaturan kelompok bisa lebih fleksibel dan cepat.
Kelompok tetap tersebut juga dapat digunakan sebagai wadah untuk mengulang materi/konsep penting dalam kelompok yang lebih kecil, sebelum mengulangnya kembali ke masing-masing mahasiswa dalam bentuk menjawab pertanyaan didepan kelas serta pekerjaan dirumah.

B. Model Pembelajaran
Pada saat pertama kali mengajarkan materi kuliah, pastikan untuk membuatnya multimodalitas. Potong menjadi segmen (pecahlah informasi menjadi segmen-segmen berisi tiga sampai empat “kata kunci”), dan ulang berkali-kali sepanjang waktu belajar, gunakanlah pengulangan untuk memastikan di simpannya informasi di dalam otak.
Untuk membuatnya menjadi multimodalitas dapat dilakukan sebagai berikut: a. Poster ikon
Jika pengajar menciptakan gambar yang unik untuk menjelaskan sebuah konsep, konsep itu langsung berubah dari abstrak menjadi konkret., sehingga lebih mudah dimengerti. Ikon ini dibuat untuk 1 atau 2 buah untuk tiap bab materi pelajaran. Poster ikon ini dibuat berwarna melalui disain grafis pada komputer dan dicetak digital (digital print) pada kertas berukuran A1.
Poster dipasang di depan kelas disamping white board sampai unit pelajaran yang bersangkutan selesai. Pada pertemuan berikutnya poster ikon baru ditempatkan didepan sedangkan poster sebelumnya dipindahkan ke dinding samping agar tetap menjadi pengingat sadar dan tidak sadar untuk informasi dari awal pertemuan hingga materi saat ini.
b. Foto Digital danCD interaktif
Foto digital digunakan untuk mengambil gambar-gambar dari elemen konstruksi suatu mesin atau sistem/mekanisme. Untuk menjelaskan bagaimana gerak rotasi diubah menjadi gerak translasi misalnya dapat di foto transmisi roda gigi atau mekanisme poros engkol kemudian ditampilkan melalui LCD proyektor ke layar atau dinding.
Dari foto sebenarnya ini, kemudian digambarkan ke dalam gambar sketsa secara bertingkat mulai dari gambar penyederhanaan foto (free body diagram) sampai gambar gaya gaya secara lengkap menurut aturan gambar fisika. Jadi 1 foto bisa dijelaskan melalui 5 atau 6 gambar sketsa.
Gambar-gambar ini dapat disimpan didalam CD, diperbanyak sebanyak mahasiswa dalam 1 kelas, untuk selanjutnya dapat dipinjamkan ke mahasiswa untuk dicopy.
c. Modul Ajar
Bahan pelajaran dibuat dengan format :
1. Lembar tujuan topik ; memuat tujuan instruksional yang ingin dicapai
2. Lembar bacaan siswa ; memuat materi pelajaran
3. Lembar latihan siswa ; memuat tugas-tugas latihan mandiri
4. Lembar tanya jawab ; memuat hal-hal yang harus dianalisa, untuk bahan diskusi kelompok di kelas.
5. Lembar referensi ; memuat daftar pustaka yang dijadikan acuan.
6. Lembar slide ; memuat materi yang dibuat dalam format transparansi baik untuk OHP proyektor ataupun LCD proyektor. Dengan demikian modul pelajaran ini dapat dengan mudah digunakan oleh pengajar yang berbeda serta fasilitas yang lebih sederhana.
Format seperti ini dibuat untuk masing-masing bab. Modul bahan ajar ini juga digandakan sebanyak mahasiswa 1 kelas dan dipinjamkan untuk dicopy atau dipinjamkan sampai akhir semester.
d. Alat Bantu.
Alat bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu konsep/gagasan. Alat bantu ini tidak hanya membantu pembelajaran visual, tetapi dapat pula membantu modalitas kinestetik. Untuk alat bantu yang berukuran kecil dapat dibawa ke ruang kelas, sementara alat bantu yang berukuran besar dapat diadakan kunjungan ke gudang (koleksi mesin/alat rancangan mahasiswa), bengkel (fasilitas bengkel) atau laboratorium (alat ukur, alat pengujian) yang ada di jurusan Mesin sendiri.
C. Metode Evaluasi
Model evaluasi adalah : 1). Pratest yang diadakan pada awal pertemuan, untuk mengekspektasi kemampuan dasar mahasiswa, sehingga pemilihan contoh kasus/soal bisa lebih efektif. 2). Tugas-Tugas, baik tugas individu maupun tugas kelompok. 3). Mid Test diadakan pada pertengahan semester, dan 4). Final Test yang diadakan pada akhir semester sesuai jadwal kalender akademik.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil implementasi metode pembelajaran pencapaian konsep berbasis multimedia yang telah diterapkan ini, menunjukkan peningkatan dari berbagai segi seperti yang diuraikan berikut ini:
1. Tersedianya Diktat Kuliah/Bahan Ajar Fisika Terapan.
Sebelum diterapkannya metode pembelajaran seperti yang diajukan ini, materi kuliah hanya berdasarkan buku referensi Fisika Dasar ( David Halliday) dan Fisika Universitas (Francis W. Sears). Walaupun buku ini tersedia di perpustakaan Politeknik sendiri, namun jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa semester 1 jurusan mesin. Selain itu kedua buku referensi ini ditulis khusus untuk mahasiswa setingkat strata 1.
Setelah diterapkannya metode pembelajaran ini, terlihat adanya peningkatan materi kuliah sangat berarti. Selain tersedianya bahan ajar dalam bentuk diktat kuliah, juga tersedia dalam format digital berbentuk CD. Sehingga diharapkan mahasiswa memiliki akses yang lebih luas dan lebih mudah untuk memperoleh materi pelajaran fisika terapan ini.
Dalam CD Fisika Terapan ini juga tersedia slide powerpoint dan gambar-gambar konstruksi mesin dalam bentuk animasi. Dengan makin banyaknya mahasiswa yang memiliki perangkat digital (Ponsel, IPhone, Ipod, Epod, MP3, MP4, MP5 dan MP6 Player) dengan fitur yang bisa menjalankan powerpoint dan gambar animasi, maka kesempatan mahasiswa untuk mengulang pelajaran sambil bersantai akan lebih banyak.
2. Adanya Perbaikan Proses Pembelajaran.
Hasil evaluasi proses pembelajaran ditinjau dari beberapa aspek di dalam proses belajar mengajar yaitu: Desain dan Manajemen kelas serta Strategi Pembelajaran. Masing-masing terdiri dari beberapa uraian rinci yang diberi angka 1 sampai 10, di mana angka 1 menggambarkan keadaan yang paling kurang baik dan angka 10 menggambarkan keadaan paling baik dari aspek yang bersangkutan.
Hasil rangkuman isian yang diperoleh dari mahasiswa melalui quisioner disajikan pada Dari Tabel 1 terlihat bahwa mayoritas angka yang dipilih untuk unsur Desain dan Manajemen Kelas adalah angka 8 dan Strategi Pembelajaran adalah angka 8. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan ini memuaskan mahasiswa. Pemilihan angka 6 relatif rendah. Untuk unsur Strategi Pembelajaran, pemilihan angka 6 muncul pada strategi memotivasi mahasiswa dan interaksi dengan mahasiswa. Hal ini mengindikasikan bahwa masih perlu ditingkatkannya strategi untuk memotivasi mahasiswa dalam sistem diskusi dan dosen harus lebih intensif mengadakan pendekatan/interaksi terhadap mahasiswa secara individu. Hal ini dapat dijadikan acuan untuk peningkatan penyelenggaraan pembelajaran pada tahun-tahun mendatang.
3. Adanya Perbaikan Hasil Belajar Mahasiswa
Berdasarkan nilai yang dikumpulkan sampai minggu ke-8 perkuliahan, nilai hasil belajar mahasiswa terlihat meningkat. Berdasarkan kontrak perkuliahan yang telah disepakati bersama pada pertemuan pertama, pembobotan nilai mahasiswa berasal dari tugas-tugas individu, presentasi dan diskusi (bobot 20%), ujian tengah semester (bobot 35%) dan ujian akhir semester (bobot 45%).
Tabel 2 menunjukkan perbandingan distribusi nilai sementara mahasiswa sampai dengan perkuliahan minggu ke-8, sebelum dan sesudah implementasi sistem pembelajaran ini.
Dari Tabel 2 terlihat bahwa terjadi peningkatan keikutsertaan mahasiswa dalam presentasi dan diskusi serta penyetoran tugas individu mahasiswa yang cukup signifikan. Dengan penerapan metode pembelajaran ini keikutsertaan mahasiswa rata-rata mencapai 95%, dimana sebelum penerapan metode pembelajaran ini hanya mencapai rata-rata 77%.
Dengan metode pembelajaran sebelumnya, untuk ujian/quiz pencapaian nilai A di bawah 4% dan nilai D di atas 4%. Setelah implementasi metode pembelajaran baru, pencapaian nilai A sudah mencapai 8% dan nilai D sebesar 0%.
4. Keberlanjutan implementasi
Kebelanjutan implementasi inovasi di mata kuliah yang sama serta kemungkinan pengembangannya untuk minimal 5 tahun ke depan masih dimungkinkan mengingat keberadaan CD dan Handout bahan ajar, slide presentasi, tenaga pengajar dan alat bantu lainnya. Kemungkinan pengembangannya juga masih sangat dimungkinkan, mengingat inovasi mahasiswa dalam membuat tugas akhir juga semakin berkembang, sehingga rancangan mesin-mesin berbasis teknologi tepat guna (sebagai alat bantu pengajaran) juga semakin bervariasi. Selain itu kemudahan dalam mengakses internet dengan adanya acces point (wireless hot spot) di lingkungan kampus juga bisa memberikan kemudahan dalam mengakses jurnal jurnal ilmiah terbaru bagi para mahasiswa dan terutama tenaga pengajar. Kemungkinan inovasi yang dihasilkan diadopsi oleh dosen mata kuliah lain untuk bidang ilmu sama sangat besar, mengingat metode ini cukup efektif dan relatif mudah diimplementasikan.

KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari hasil implementasi pembelajaran dengan metode pencapaian konsep berbasis multimedia ini dan hasil evaluasi proses pembelajaran, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan kelengkapan materi kuliah yang dirangkum dalam sebuah Handout bahan ajar, Poster dan CD presentasi, animasi dan latihan soal.
2. Terjadi peningkatan keikutsertaan mahasiswa dari rata-rata 77% sebelum penerapan metode menjadi rata-rata 95% setelah penerapan metode pembelajaran ini, dan pencapaian nilai A setelah implementasi metode pembelajaran yang mencapai 8% dan nilai D sebesar 0% setelah sebelumnya pencapaian nilai A sebesar 4% dan nilai D masih 4%.
3. Dalam skala 10, mayoritas angka yang dipilih mahasiswa untuk unsur Desain dan Manajemen Kelas dan Strategi Pembelajaran adalah angka 8. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan ini memuaskan mahasiswa.
4. Keberlanjutan implementasi inovasi di mata kuliah yang sama serta kemungkinan pengembangannya, dan kemungkinan inovasi yang dihasilkan diadopsi oleh dosen matakuliah lain sangat dimungkinkan, mengingat metode ini cukup efektif dan relatif mudah diimplementasikan.
2. Saran
Untuk validasi data yang dihasilkan, penilaian hasil pembelajaran ini harus dilakukan selama dua atau tiga semester perkuliahan.
DAFTAR PUSTAKA
(1) DePorter, Bobbi, dkk. 2000. Quantum Teaching, Penerbit KAIFA Bandung
(2) Irawan, Prasetya, dkk 1987. Teori Belajar, Motivasi dan Ketrampilan mengajar, Depdikbud
(3) S. Winaputra, Udin, 2001. Model-model Pembelajaran Alternatif, Depdiknas
(4) Team revisi kurikulum, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Jurusan Mesin , Jurusan Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang